Diceritakan oleh Habib Ali bin Abdurrahman Al-Jufri:
Aku bertemu Habib Umar pada usiaku masih 9 th, dan pada waktu itu, Habib Umar sekitar 14 th, aku datang untuk belajar di tarim. Pada saat itu, pemerintah Yaman Selatan di pimpin kelompok yang menindas rakyat, kaum sosialis komunis. Siapapun yang melakukan dakwah akan di cegah, dan kalau pun mereka diizinkan untuk berdakwah maka mereka harus mendapatkan persetujuan pemerintah terlebih dahulu. Itu adalah zaman yang gelap... Beberapa tahun sebelumnya keluarga Habib Umar mendapat percobaan berat dimana beliau kehilangan ayah (seorang Ulama besar pada saat itu), dihari terakhir bersama ayahnya, setelah sholat ayahnya meninggalkan masjid dan pergi untuk meminta persetujuan dari otoritas peumerintah untuk mendapatkan izin berkhutbah. Itulah hari terakhir Habib Umar bersama ayahnya, dan setelah itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Habib umar mencari ayahnya kemana-mana. Bayangkan saja seorang anak pada usia sedini itu kehilangan ayahnya secara tiba-tiba. Beliau kesana kemari bertanya pada orang-orang tapi tidak ada yang tahu dimana ayahnya berada. Yang tersisa adalah rida' (sepenggal kain yang ditempatkan di atas bahu), yang diberikan ayahnya kepada Habib Umar setelah beliau sholat dan pergi menemui otoritas pemerintah dan tidak pernah kembali. (Sepertinya Habib Muhammad Ayah Habib Umar telah mencium akhir dari peejalan dakwah dan hidupnya, tongkat estafet diberikan kepada Habib Umar).
Pada saat itu, hanya Habib Umar dan kakaknya, Habib Ali Al-Masyhur yang berada ditarim. Ibu mereka Hubabah Zahra sedang berada di Makkah dan saudara-saudara mereka sedang pergi keluar dari tarim. Tapi Habib Umar sanggup mempertahankan ketenangannya dan tidak jatuh kedalam depresi tentang hilangnya ayahnya. Sebaliknya, ia tetap dan lebih peduli tentang apa yang ayahnya ingin katakan kepada orang-orang pada hari itu dalam dakwahnya memanggil mereka untuk Allah.
Pada saat itu, Habib Kadzim, Shekh Umar Al-Khatib dan aku, bersama dengan beberapa teman yang lain, kami belajar kepada Habib Ali Al-Masyhur (kakak Habib Umar) setiap kali kami pergi ketempat beliau, kami harus melakukannya secara diam-diam dan menyembunyikan buku-buku kami didalam pakaian kami atau dikeranjang sayur, karena takut tertangkap oleh orang-orang pemerintah sosialis komunis. Itu adalah masa yang benar-benar sulit pada waktu itu untuk mencari ilmu islam yang benar.
Ketika Habib Umar berusia 16 th, ia mulai pergi kepada masyarakat untuk memanggil orang-orang kejalan Islam diseluruh tahrim. Rezim komunis telah menciptakan generasi orang-orang yang buta tentang Agama. Habib Umar mulai mengajar di masjid-masjid dan mendesak orang-orang untuk melakukan amalan baik.
Ketika beliau berumur 20 th Habib Ali kakaknya merasa khawatir dengan sepak terjang adiknya sehingga beliau menyuruh Habib Umar untuk melakukan perjalanan ke Bayda, dengan harapan untuk bisa terus melakukan perjalanan ke Makkah dan dari sana untuk melanjutkan studinya. Dengan hanya 100 Riyal Yaman (sekitar 60 rb rupiah pada saat itu), dan tidak meminta uang dari siapapun, ia berangkat dan pergi ke Bayda. Saat ia tiba, ia bertemu dengan Habib Muhammad Al-Haddar, teman dekat ayahnya dan meminta izin untuk pergi dan belajar di Makkah. Namun Habib Muhammad tidak mengizinkan dia pergi dan meminta agar Ia belajar di Bayda dulu, jadi untuk 10 th kedepan atu lebih Habib Umar belajar disana, hidup dengan benar-benar prihatin dan apa adanya, setiapa hari ia hanya makan jenis biskuit/khobus yang harganya 5 riyal. Tapi dengan ketulusan dan perjuangannya, Allah memberi kepadanya banyak pengetahuan besar dan derajat yang tinggi.
Pernah sekali ketika Habib Umar ingin berdakwah kepada masyarakat Bayda, ia pergi kesebuah lapangan dimana ada anak-anak muda bermain sepak bola, ia duduk disana dan menyaksikan mereka bermain sampai mereka selesaikan permainan mereka. Kemudian ia memanggil mereka dan ia berkata, "saya menikmati menonton kalian bermain dengan sangat baik sekarang, besok saya ingin datang lagi dan memberikan hadiah kepada tim pemenang, tetapi dengan syarat bahwa kalian semua sudi memakai celana yang sedikit lebih panjang agar aurat-aurat kalian di tutupi". Anak-anak muda itu begitu terkesan dengan Adab/Akhlak Al-Habib sehingga merekapun setuju dengan usulan Habib. Keesokan harinya, Habib kembali dan menyaksikan pertandingan itu, dan setiap anak muda itu memakai celana yang menutupi batas aurat mereka. Dan seperti yang di janjikan, Al-Habib memeberi hadiah kepada tim yang memenangkan pertandingan. Lalu sebelum pulang, Habib Umar berkata kepada mereka sambil tersenyum senang; "saya telah menghormati kalian dengan menghadiri menonton permainan kalian, apakah kalian tidak keberatan jika membalas kehormatanku itu dengan menghadiri majlis yang kami adakan, meski untuk beberapa menit?". Anak-anak muda itu menjawab, "kami malu untuk menghadiri majlis anda karena disana hadir banyak ulama besar". Habib Umar berkata; "jika itu yang terjadi, kalian bisa datang dimalam hari ketika tidak ada orang lain". Kembali anak-anak muda itu dibuat terkesan oleh Adab/Akhlaknya Habib Umar yang ditujukan kepada mereka sehingga mereka setuju dan mulai menghadiri majlis ilmu beliau. Mereka tersentuh bahwa seseorang orang dengan status ulama akan menghormati mereka seperti itu. Dan hari ini, anak-anak ini telah tumbuh menjadi Ulama-ulama besar di Bayda.
Ketika datang kepada dakwah, orang-orang pergi dari satu tempat ketempat yang lain, dan mereka telah berhasil. Tapi Habib Umur pergi dari hati kehati, setiap orang dianggap penting bagi beliau.
Dan aku disini sekarang bercerita tentang usaha keras beliau ini bukan mengada-ngada atau membangga-banggakan beliau secara berlebihan, tapi untuk mengajarkan kepada kalian bahwa pengaruh metode berdakwah dengan penuh kelembutan adalah yang terbaik. Tentang bagaimana beliau menuntun orang kepada Allah, dengan ketulusan. Ini tidak berarti bahwa jika kalian ingin berdakwah kalian harus memiliki pengetahuan yang sangat luas, atau menjadi pembicara yang hebat. Kalian hanya butuh/harus memiliki cinta dan ketulusan kepada Allah... Karena hanya Allah yang memiliki kontrol atas hati manusia. Banyak orang berfikir bahwa untuk sukses berdakwah, mereka harus mendapatkan kesuksesan sesegera mungkin dan mereka harus melihat hasilnya ditangan mereka. Tapi mereka gagal untuk menyadari bahwa bukan mereka yang mengerakkan hati ummat, akan tetapi Allah.
Sangat menyentuh 🥰
BalasHapusMakasih
Hapus